Kombes Pol Budi Hermanto, Kabid Humas Polda Metro Jaya, mengungkapkan bahwa proses pengambilan keterangan kepada anak berhadapan dengan hukum (ABH) telah dilakukan dengan melibatkan keluarga, kuasa hukum, serta Bapas dan Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor). Proses ini bertujuan untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan ABH dalam situasi yang sensitif ini.

Budi menjelaskan bahwa kondisi psikologis dan fisik ABH sudah membaik setelah menjalani perawatan dan pemantauan yang ketat. Hingga saat ini, sudah ada tiga kali permintaan keterangan yang dilakukan di Rumah Aman. “Alhamdulillah, kondisinya sudah membaik dan ABH sudah bisa dimintai keterangan,” tuturnya di Jakarta pada Selasa, 2 Desember.

Polda Metro Jaya sebelumnya juga menyatakan bahwa ABH telah diperiksa terkait insiden ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta. Budi menegaskan bahwa meski informasi akan disampaikan kepada media, identitas dan beberapa data terkait ABH harus dijaga kerahasiaannya karena statusnya sebagai anak. “Beberapa data tidak dapat kami sampaikan secara terbuka,” tambahnya.

Selain itu, dia menjelaskan bahwa kesehatan jasmani dan rohani ABH sudah dinyatakan oleh dokter yang bertanggung jawab. Penyelidikan masih berlanjut untuk mencari motif serta cara ABH merakit bahan peledak. Penjagaan ketat dilakukan menyusul insiden ledakan yang mengguncang sekolah tersebut pada Jumat, 7 November yang lalu. Pihak kepolisian berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus ini demi keamanan dan keadilan.

Insiden ledakan tersebut terjadi di lingkungan sekitar masjid di SMAN 72 Jakarta, yang ramai di kalangan siswa. Kejadian ini tentunya menimbulkan keprihatinan mendalam di masyarakat. Infografis mengenai situasi ABH ini mencerminkan permasalahan yang dihadapi anak-anak yang terlibat dalam kasus hukum, serta pentingnya perhatian dari berbagai pihak untuk membantu mereka.