Tito Karnavian: Perang Ekonomi Lebih Dahsyat dari Perang Militer, Indonesia Harus Siap!
Palembang, - Dunia telah melewati setidaknya lima fase perubahan. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D, dalam orasi ilmiahnya yang bertajuk “Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Indonesia Emas 2045” pada Dies Natalis ke-65 Universitas Sriwijaya (Unsri), mengungkapkan pandangan strategis tentang arah tatanan dunia baru.
Tito menegaskan dirinya berpijak pada paradigma konstruktivisme, yakni pandangan bahwa kekuatan global kini tidak lagi ditentukan oleh militer semata, melainkan oleh kekuatan ekonomi, budaya, dan pengetahuan. Menurutnya, pertarungan yang paling menentukan saat ini adalah pertarungan ekonomi.
Menurut Tito, arah kebijakan pemerintahan saat ini sudah sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 melalui program pendidikan dan kesehatan rakyat, seperti Sekolah Rakyat, Sekolah Garuda, dan beasiswa kedokteran. Ia mencontohkan Singapura di bawah kepemimpinan Lee Kuan Yew yang berhasil menjadi negara maju tanpa SDA melimpah, hanya dengan mengandalkan pendidikan unggul dan beasiswa bagi generasi terbaiknya.
Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Sriwijaya Jenderal Polisi (Purn) Prof. Muhammad Tito Karnavian menyebutkan tatanan global kini tengah mengalami pergeseran paradigma besar. Dalam orasinya yang berdurasi hampir dua jam, Tito menjelaskan bahwa kapasitas produksi masif suatu negara ditentukan oleh empat faktor utama.
Perguruan tinggi harus berani berinvestasi pada riset, teknologi, dan pengembangan SDM agar mampu mendukung Indonesia dalam menghadapi tatanan dunia baru yang berbasis pengetahuan dan ekonomi digital. “Saya berada dalam posisi paradigma konstruktivisme. Pertarungan yang paling menentukan saat ini adalah pertarungan ekonomi,” ujar Tito.
Menurut Tito, dalam tatanan dunia baru, pertarungan ekonomi akan menentukan siapa yang menjadi kekuatan dominan. Serta letak geografis strategis, yang berperan sebagai choke point dalam perdagangan internasional.