Tragedi SMAN 72: Ledakan Ancam Pendengaran Siswa, Dinkes DKI Bertindak!
Jakarta, - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, memberikan informasi terbaru mengenai kondisi para korban ledakan di SMAN 72 Jakarta.
Hingga Jumat malam, 7 November 2025, tercatat 93 orang menjadi korban dalam insiden tersebut. Dari jumlah tersebut, 28 pasien sempat dirawat inap, sementara 65 lainnya menjalani rawat jalan atau sudah diperbolehkan pulang.
Ani menjelaskan bahwa sebagian besar korban mengalami barotrauma, yaitu cedera atau gangguan pada telinga akibat perubahan tekanan udara yang cepat. Gejala barotrauma meliputi nyeri telinga, gangguan pendengaran, atau telinga berdenging.
“Sebagian besar korban ledakan mengalami barotrauma, yang menyebabkan nyeri telinga, gangguan pendengaran atau telinga berdenging,” kata Ani dalam siaran pers, Sabtu, 8 November 2025.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjamin seluruh biaya perawatan korban akan ditanggung sepenuhnya melalui Dinas Kesehatan, sesuai arahan Gubernur Provinsi DKI Jakarta. “Seluruh biaya perawatan ditanggung sepenuhnya oleh Pemprov DKI Jakarta sesuai penanganan yang diberikan oleh Rumah sakit berdasarkan kebutuhan medis pasien,” tegas Ani.
Dinas Kesehatan juga menyediakan layanan ‘Jakcare’ yang dapat diakses secara online untuk konsultasi psikologis dan dukungan psikososial pasca kejadian. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah menyiapkan pendampingan psikologis kepada para korban dan keluarga, agar mereka dapat pulih dari trauma serta merasa aman dan didukung secara emosional.
Seorang siswa SMAN 72 Jakarta berinisial A menceritakan situasi mencekam saat ledakan terjadi. Dia mengaku berada di tengah masjid saat kejadian berlangsung. “Ledakan di sebelah kanan, 5 sampai 3 meter,” cerita A kepada wartawan di lokasi, Jakarta, Sabtu, 8 November 2025.
Berdasarkan data dari Puskesmas, seluruh pasien di Puskesmas telah selesai ditangani atau dirujuk ke rumah sakit.